Skip to content

Living Like There’s No Tomorrow: The Psychological Effects of An Earthquake on Savings and Spending Behavior

Grandma Test

Penulis            : Mateusz Filipski, Ling Jinc, Xiaobo Zhang, dan Kevin Z. Chen

Tahun              : 2019

Jurnal              : European Economic Review

Penerbit           : Elsevier

Diulas oleh Anggita Fiorella Moreni

PENDAHULUAN

            Para ekonom telah mempelajari bagaimana rumah tangga dapat mengatasi dampak negatif akibat kejutan yang terjadi. Rumah tangga akan meningkatkan tabungannya untuk mengantisipasi terjadinya kejutan cuaca, lalu memanfaatkan tabungannya itu setelah kejutan atau guncangan menyerang. Studi ini umumnya mendeskripsikan perilaku ini sebagai model tabungan jaga-jaga (precautionary savings) dan perilaku ini biasanya semakin menonjol setelah mengalami guncangan atau kejutan, seperti gempa bumi. Namun, ketika seseorang mengalami guncangan, bahkan secara khusus melihat kematian orang lain, hal ini menggiring seseorang mulai memikirkan kematiannya sendiri. Menyadari kehidupan cepat berlalu, membuat orang-orang menurunkan tingkat tabungannya. Hal ini disebut juga perilaku “hidup seolah tidak ada hari esok” atau “carpe diem” model. Setelah guncangan negatif, orang-orang cenderung menurunkan investasi, pendidikan (Fortson, 2011) dan meningkatkan perilaku seksual yang tidak aman (Oster, 2012). Dua kecenderungan ini bertolak belakang. “Menabung untuk berjaga-jaga” menggiring seseorang untuk mengonsumsi sedikit dan lebih banyak menabung, sedangkan “tidak ada hari esok” menggiring seseorang meningkatkan pengeluaran atau konsumsinya dan mengurangi tabungan. Oleh karena itu, dampak keseluruhan dari bencana terhadap perilaku menabung akan bergantung pada efek mana yang lebih dominan secara rata-rata.

Jurnal ini akan memberikan penjelasan secara teoretis  dan analitik yang menjelaskan mengapa hasilnya bisa saling bertolak belakang dan dua jenis risiko yang muncul, yaitu risiko kerugian dan kematian. Selain itu, jurnal ini juga menjelaskan bagaimana fenomena ini ditunjukkan melalui perilaku ekonomi orang-orang di China setelah gempa bumi di Sichuan tahun 2008, dengan menggunakan data panel sebelum-sesudah. Jurnal ini akan membatasi penelitiannya pada dampak psikologi akibat gempa, sehingga sampel yang digunakan tidak akan memasukkan korban bencana yang mengalami kerusakan atau kecelakaan secara langsung. Sebaliknya, peneliti menggunakan sampel rumah tangga yang tidak secara langsung mengalami kerusakan atau cedera, tetapi menjadi saksi mata kerusakan yang terjadi di sekitar mereka sehingga mempengaruhi mereka secara psikologis. Peneliti mengamati apakah grup ini mulai lebih banyak menabung (“precautionary savings”) atau malah mengurangi tabungan (“living like there’s no tomorrow”).

DATA & METODOLOGI

Sampel yang digunakan terdiri dari 22 desa dan 1.306 rumah tangga. Sampel yang dibatasi pada mereka yang rumahnya tidak mengalami kerusakan, tidak mengalami cedera apalagi kematian akibat gempa bumi berjumlah 589 tiap tahun (total 1.767 observasi). Penulis mengembangkan model analitik untuk mengilustrasikan tendensi konflik antara menabung dan tidak menabung sebagai efek psikologi dari gempa bumi, sehingga muncul tendensi yang bertolak belakang, yaitu “precautionary savings” dan “no-tomorrow”. Seandainya seseorang memilih tingkat konsumsi tahunannya dibawah kemungkinan kerugian yang tidak terduga, yang mana dapat terjadi sebesar probabilitas

, kekayaan yang diharapkan (Wt+1) di akhir setiap tahun t ditentukan oleh pertumbuhan modal r, penerimaan Et , konsumsi Ct, dan potensi kerugian Lt sebagai berikut.

Saat seseorang memilih memaksimumkan utilitas yang diharapkan sepanjang hidup mereka dalam kaitannya dengan risiko kematian yang mereka miliki, mereka akan memaksimumkan konsumsinya menurut persamaan berikut.

Dimana δ merupakan faktor diskonto, U standard “well-behaved” fungsi utilitas, dan Ct adalah konsumsi di waktu t dan bergantung pada probabilitas kerugian. Penelitian dibatasi menjadi dua periode, 0 dan 1. Dimana di periode 0 seseorang tidak memiliki kekayaan sebelumnya dan semua pendapatan terjadi di periode ini. Sehingga seseorang harus memutuskan seberapa banyak nilai penerimaan (E) yang akan dialokasikan untuk konsumsi sekarang dan berapa yang bisa ditabung untuk periode selanjutnya (periode 1). Nilai tabungan di periode 1 bergantung pada apakah seseorang akan mengalami kerugian pasca gempa bumi atau tidak (S – L).

Setelah dilakukan simplifikasi dari persamaan diatas, partial derivative yang didapat sebagai berikut.

(1)
(2)

Persamaan (1) dan (2) memiliki penyebut yang sama bernilai negatif karena fungsi utilitas cembung. Pembilang (1) adalah positif karena (S∗− L) ≤ S dan U’ adalah fungsi menurun. Pembilang (2) bernilai negatif karena U’ positif. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertidaksamaan ini menunjukkan nilai optimal dari tabungan akan meningkat seiring dengan peningkatan risiko mengalami kerugian atau yang disebut sebagai “precautionary savings”. Di sisi lain, nilai optimal dari tabungan menurun seiring dengan risiko kematian yang disebut “no tomorrow”.

Grafik di bawah mengilustrasikan efek “precautionary savings” dan “no tomorrow” di bawah nilai ρL dan ρD  yang berbeda. Saat ρL dan ρD keduanya bernilai nol (kasus a: tidak terjadi gempa bumi) seseorang akan membagi dua total kekayaannya, untuk dikonsumsi dalam nilai yang sama di dua periode. Saat ρL=1 (kasus b: rugi, tapi tidak meninggal), seseorang menyimpan tambahan L/2 sebagai bentuk “precautionary savings”. Saat ρD>0 (kasus c: kematian dimungkinkan) seseorang akan mengonsumsi lebih banyak di periode 0, dan semakin meningkat hingga mencapai batas ρD=1 (kematian pasti), dimana seseorang tidak lagi memiliki alasan untuk menabung di periode selanjutnya dan mengonsumsi segera semuanya (efek “no tomorrow”).

Dampak psikologi dari gempa dapat mengakibatkan salah satu dari tiga reaksi berikut dalam diri seseorang :

  • Jika seseorang rasional dan memiliki informasi sempurna, dia tidak akan mengubah probabilitas ρL dan ρD, dan tidak akan mengubah tingkat tabungannya.
  • Jika seseorang menaikkan probabilitas dan efek dari ρL mendominasi, mereka akan cenderung meningkatkan tabungannya (precautionary savings).
  • Jika seseorang menaikkan probabilitas dan efek ρD mendominasi, mereka akan cenderung hidup seolah tidak ada hari esok dengan menurunkan tingkat tabungan.

Efek yang akan mendominasi dipengaruhi tidak hanya oleh nilai ρL dan ρD, tetapi juga oleh besarnya potensi kerugian dan situasi istimewa lainnya dari seseorang.

            Penelitian ini menggunakan dataset yang unik karena peneliti memiliki data sebelum dan setelah gempa bumi. Menggunakan data tiga tahun (2007, 2009, 2011), peneliti menggunakan spesifikasi efek tetap sebagai berikut:

Dimana Sh merupakan perubahan tingkat tabungan rumah tangga, dan Tt adalah tahun dummies, Zh,t adalah variabel kontrol waktu rumah tangga atau desa, dan Hh adalah dummies rumah tangga yang mengontrol semua karakteristik rumah tangga yang tidak berubah seiring dengan waktu. Dv adalah level intensitas pengalaman gempa bumi, yang diproksikan oleh jarak desa ke pusat gempa. Dv sendiri tidak muncul dalam persamaan, karena jarak ke pusat gempa merupakan karakteristik yang tidak berubah seiring waktu (time-invariant) dan oleh karena itu akan dikeluarkan dari kerangka kerja efek tetap (fixed-effects framework). Sebaliknya, Dv akan muncul di regresi sebagai interaksi jarak-tahun dalam bentuk Dv∗Tt, yang merupakan kunci yang menarik. Bentuk ini menangkap porsi perubahan tingkat tabungan di tahun Tt relatif terhadap tahun dasar yang dijelaskan oleh jarak ke pusat gempa.

Variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah tingkat tabungan yang diukur dengan persamaan r = ln(Y) – ln(C) = ln(Y-C). Variabel gempa berupa intensitas gempa diukur dengan jarak antara desa ke pusat gempa. Selanjutnya, terdapat tiga konsiderasi dalam penelitian ini. Pertama, peneliti mengecualikan rumah tangga yang merasakan dampak langsung dari gempa bumi. Hal ini dikarenakan kerusakan akibat gempa bumi menimbulkan pengeluaran yang harus dilakukan berupa rekonstruksi, sehingga mendorong rumah tangga menurunkan tabungannya. Tujuan penelitian ini adalah mengamati perubahan perilaku menabung dan perilaku lainnya yang berasal dari dampak psikologi dan emosi yang dirasakan pasca bencana. Kedua, strategi identifikasi yang dilakukan membatasi hanya pada dampak psikologi, tetapi juga memiliki kekurangan, yaitu terdapat kemungkinan bias dalam pemilihan sampel. Ketiga, berhubungan dengan pilihan jarak ke pusat gempa sebagai ukuran intensitas gempa bumi. Kepercayaan dan perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh intensitas kerusakan di desa secara umum, jadi tingkat kerusakan desa adalah ukuran intensitas yang lebih baik dalam memenuhi tujuan peneliti.

HASIL PENELITIAN

Rumah tangga yang tidak terdampak secara langsung oleh gempa bumi mengurangi tingkat tabungan mereka, bahkan setelah mengontrol faktor perancu. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) perubahan perilaku menabung dan mengonsumsi setelah gempa bumi setidaknya sebagian disebabkan motivasi psikologi dan (2) efek “no tomorrow” mendominasi efek “precautionary savings”.

Rata-rata perubahan tingkat tabungan dalam dua tahun setelah gempa bumi berdasarkan jarak ke pusat gempa tergambar dalam grafik diatas. Nilai yang negatif berarti tingkat tabungan menurun di tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2007. Grafik tersebut menunjukkan pola meningkat, dengan penurunan tingkat tabungan seiring semakin dekat jarak ke pusat gempa.

Berdasarkan tabel analisis regresi multivariate (Tabel 1) di bawah dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan jarak sebesar 1% ke pusat gempa akan menurunkan tingkat tabungan sebesar 0,17% secara rata-rata di tahun 2009 dan 0,22% menurun di tahun 2011 secara signifikan. Pada kolom (1) menunjukkan bahwa koefisien pada 2009 positif dan signifikan (0,156). Setelah gempa, rumah tangga yang semakin dekat ke pusat gempa mengurangi tingkat tabungan mereka. Kolom (2) memasukkan hipotesis pendapatan sebagai variabel kontrol, dimana hasilnya positif dan signifikan antara pendapatan dengan tingkat tabungan. Selanjutnya pada kolom (3), (4), dan (5) berturut-turut memasukkan CPI untuk mengukur pengaruh inflasi, bantuan pemerintah berupa kredit dan hadiah, serta transfer pemerintah, yang ketiganya menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

Tabel 1

Selain itu, dapat dilihat dalam tabel 2, kolom 1 menunjukkan tingkat kematian di desa secara signifikan menurunkan tingkat tabungan pada 2011 (-0,177). Kolom 2 menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan secara signifikan juga menurunkan tingkat tabungan walaupun lebih kecil dari sebelumnya (-0,03). Pada kolom 3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi rumah yang runtuh akan menurunkan tingkat tabungan, hasilnya signifikan di tahun 2009 dan 2011, tetapi dengan angka yang lebih kecil dibandingkan kolom yang terdapat catatan kematian. Lalu,  spesifikasi kolom 4 dibatasi hanya pada desa yang tidak ada kematian. Walaupun jumlah sampelnya berarti lebih kecil sehingga hasil tidak bisa diinterpretasikan semestinya, tetapi ditemukan hubungan yang positif dan signifikan pada tahun 2019 dan 2011, yang memperkuat hipotesis bahwa menyaksikan kematian memperburuk kecenderungan seseorang berperilaku seolah tidak hari esok (no tomorrow), sedangkan menyaksikan kerusakan mendorong tingkat tabungan untuk berjaga-jaga (precautionary savings).

Tabel 2

KESIMPULAN

            Sekalipun seseorang tidak terpengaruh secara fisik akibat guncangan, rumah tangga yang tinggal lebih dekat dengan pusat gempa bumi di tahun 2008, mengurangi tingkat tabungan mereka. Hasilnya secara luas konsisten dengan model dimana seseorang condong ke sikap “no tomorrow“, daripada “precautionary savings“. Mereka yang tinggal di desa dengan angka kematian yang lebih tinggi juga mengurangi tabungan mereka, tetapi hal yang sama tidak berlaku untuk tingkat kerusakan fisik. Tingkat tabungan turun 0,17% seiring dengan semakin dekatnya dengan titik pusat gempa tiap persen atau sekitar 20% untuk setiap peningkatan derajat skala Richter. Populasi yang mulai mengurangi tabungan, meningkatkan konsumsi, mengambil risiko, dan secara umum “living like there’s no tomorrow” kemungkinan akan mengubah jalur ekonominya secara substansial. Di sisi lain, penelitian tambahan masih diperlukan untuk benar-benar memahami dampak jangka pendek, menengah, dan panjang dari pola hidup di bawah ancaman bencana.

Comment

Leave a Reply

KANOPI FEB UI

Sekretariat Kanopi FEB UI Lantai 2 Student Centre Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia Depok, 16424 – Indonesia

CONTACT US

Phone
+62 81279633315 (Meizahra)

Email
executiveboard.kanopifebui@gmail.com

© kanopi-febui.org - 2021

MANAGED BY BIRO PUBLIKASI DAN INFORMASI

<