Skip to content

Student Internships and Employment Opportunities After Graduation: A Field Experiment

Grandma Test

Peneliti    : Stijn Baert, Brecht Neyt, Thomas Siedler, Ilse Tobback, Dieter    Verhaest

Tahun            : 2021

Publisher        : Elsevier : Economics of Education Review

Diulas oleh Winnetou B. Ranadireksa

Pendahuluan

    Selama beberapa dekade akhir, internship atau magang mengalami pertumbuhan, baik dari siswa yang memang mencarinya maupun oleh universitas yang mengintegrasikan internship ke dalam kurikulum mereka atau mempromosikan internship sebagai aktivitas ekstrakurikuler. Hal ini dapat diilustrasikan melalui angka lulusan yang memiliki pengalaman internship pada masa kuliahnya dari universitas di Amerika Serikat, dimana pada tahun 1980 angkanya berada dibawah 3% dan melonjak pada tahun 2000 dengan meningkat sekitar 75% (Cook, Parker & Pettijohn, 2004).

    Semakin banyak bukti menunjukkan hubungan yang positif antara partisipasi internship selama pendidikan tinggi dan labor market outcomes yang baik setelah lulus, namun hasil-hasil penelitian tersebut berpotensi untuk bias dikarenakan kebanyakan studi yang dilakukan bersifat non-experimental. Kasus ini terjadi ketika siswa yang melakukan internship berbeda dengan siswa yang tidak melakukannya, dalam hal karakteristik yang tidak dikontrol tetapi juga memengaruhi labor market success. Sebagai contoh, siswa yang memilih untuk mengikuti internship mungkin lebih memiliki motivasi, bekerja keras, berambisi dibandingkan dengan siswa lain. 

    Studi yang dilakukan penulis ingin menguji dampak dari pengalaman internship volunter intra-kurikuler saat kuliah terhadap kemungkinan untuk diundang ke dalam interviu kerja. Untuk menanggulangi masalah bias yang ada pada bagian sebelumnya, penulis mengadakan percobaan lapangan secara acak, dimana pasangan surat lamaran fiktif (satu dengan internship dan satu lagi tanpa internship) tetapi realistis dikirimkan kepada lowongan kerja nyata. Dengan memantau panggilan balik berikutnya, penulis dapat menilai apakah ada hubungan kausal antara dua variabel tersebut.

Data

    Eksperimen dilaksanakan penulis pada November 2015 hingga April 2016 dengan menggunakan metode eksperimental. Data yang diambil oleh penulis berasal dari percobaan lapangan acak yang dilakukan berdasarkan correspondence experiment framework milik Bertrand dan Mullainathan (2004), dimana pada tipe eksperimen ini pasangan surat lamaran fiktif dikirimkan kepada lowongan pekerjaan nyata. Setiap surat lamaran hanya berbeda pada karakteristik yang diuji, yaitu “pengalaman voluntary internship selama 3 bulan yang tidak dibayar selama studi Pasca Sarjana”, lalu karakteristik ini secara acak ditetapkan pada lamaran-lamaran tersebut. 

Sejumlah 1248 surat lamaran fiktif dari lulusan Belgia dikirimkan kepada 624 lowongan pekerjaan nyata (240 di ranah humanities dan 384 di ranah exact sciences) di Flanders (Public Employment Agency) dan lowongan ini tidak mengharuskan pelamar memiliki pengalaman kerja. Untuk program studi dari surat lamaran fiktif yang dikirim adalah program Pasca Sarjana dengan 16 program studi (tersebar pada ranah humanities and social sciences dan exact sciences) yang dipilih dari dua universitas besar di Flanders (Ghent University dan KU Leuven). Universitas ini dipilih karena secara reputasi dapat dibandingkan dan karena pertimbangan jarak dengan tempat agensi lowongan pekerjaan.

Setiap lowongan pekerjaan mendapati satu pasang surat lamaran, dimana satu dengan internship dan satu lainnya tanpa internship. Untuk jenis internship-nya, digunakan secara spesifik internship volunter intra-kurikuler dengan 2 pertimbangan. Pertama, correspondence experiment tidak terlalu cocok untuk menginvestigasi labor market effects dari internship yang diwajibkan (mandatory internships) dan yang kedua untuk menjadi pembeda dari studi yang dilakukan Nunley et al. pada tahun 2016, dimana menggunakan extra-curricular internship pada studinya. 

Metodologi 

    Metode correspondence experiment yang diadopsi dari Bertrand dan Mullainathan ini kemudian dimodifikasi oleh penulis. Penulis menambahkan karakteristik kandidat acak pada “within pair” dan “between pair” dari setiap lamaran. Lebih jelasnya, student internship ditetapkan secara acak pada salah satu lamaran dalam pasangan (within pair). Karakteristik lainnya seperti gender, panjang resume, dan additional skills ditetapkan secara acak antar pasangan (between pair) dari lamaran fiktif untuk mempelajari potensi heterogenitas dari efek student internship terhadap kemungkinan untuk mendapatkan job invitation.

    Total 24 pasangan resume serta motivation letter dibuat penulis yang berisi 2 kombinasi dari template CV dan kondisi internship, 2 kondisi gender, 2 kondisi panjang resume (resume length), dan 3 kondisi skill. Lebih detail, 2 kombinasi template CV dan kondisi internship dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu template “Tipe A” dan “Tipe B”. Perbedaan antara keduanya adalah pada CV “Tipe B”, karakter intra-kurikuler dari internship akan disebutkan secara eksplisit, sedangkan CV “Tipe A” disinyalkan secara tidak langsung. Lalu, beberapa karakteristik pada setiap tipe yang inessential juga dibedakan untuk menghindari potensi eksperimen terdeteksi.

    Selanjutnya, untuk kombinasi panjang resume (resume length) dibedakan menjadi “extensive resume” dan “limited resume” yang bertujuan untuk membedakan antara teori signaling dan teori human capital sebagai mekanisme yang mungkin mendasari internship effect. Untuk kombinasi extensive resume, akan menyebutkan beberapa hal seperti kepribadian, hobi olahraga, keterikatan sosial yang isinya terikat dengan dua tipe yang sudah disebutkan sebelumnya, sedangkan untuk yang limited tidak disebutkan. Terakhir untuk kombinasi skill, dibedakan menjadi “ada tambahan hard skills”, “ada tambahan soft skills”, dan “tidak ada tambahan skills. 

    Pada setiap lowongan, salah satu dari 24 jenis pasangan resume dikirim sesuai dengan persyaratan dari pekerjaannya. Surat lamaran dikirim melalui email dengan interval 12-36 jam diantara pengiriman. Setelah mendapatkan respon yang positif, interviu kerja segera ditolak untuk meminimasi ketidaknyamanan dari employers. Namun, reaksi yang didapat lebih dari 30 hari diasumsikan sebagai negatif. Variabel hasil dari analisis bernilai 1 jika pelamar menerima undangan interviu pekerjaan, dan 0 sebaliknya.

    Selain dari melihat heterogenitas dari treatment effect, penulis juga menginvestigasi apakah respon dari prospektif employer bergantung pada required field of study, labor market tightness, dan karakteristik employer. Untuk field of study, penulis membedakan antara humanities and social science dan exact science. Selanjutnya untuk labor market tightness dibedakan menjadi “high” dan “low”, dimana keketatan diproksikan dengan median dari durasi lowongan dalam hari untuk semua lowongan di pekerjaan di database Public Employment Agency of Flanders. Terakhir untuk employer characteristics dibedakan dengan intensitas tingkat teknologi perusahaan (high, low, or unknown).

Hasil Penelitian 

Tabel 2 memberikan gambaran umum dari semua variabel dalam dataset. Empat kelompok variable dipertimbangkan, yaitu (i) treatment, (ii) karakteristik pelamar, (iii) karakteristik lowongan, dan (iv) hasil

Semua karakteristik kandidat berada dalam kontrol kecuali untuk field of study. Penulis menemukan bahwa lebih dari 1 per 5 pelamar (21.6%) mendapatkan undangan interviu.

Bivariate Analysis

Melalui analisis bivariat, secara umum penulis menemukan mahasiswa dengan pengalaman magang mendapatkan undangan untuk interviu kerja sebesar 22.9% dan untuk yang tanpa pengalaman magang sebesar 20.4%. Hal ini menunjukan bahwa magang meningkatkan probabilitas undangan interviu sebesar 2.5%. Rasio dari tingkat undangan (kolom 5) adalah 1,126, menunjukkan bahwa pelamar dengan pengalaman magang perusahaan mendapatkan undangan lebih sebanyak 12,6%.

Selain itu, ditemukan juga bahwa wanita dengan pengalaman magang mendapatkan 14.3% lebih banyak undangan interviu dibandingkan wanita tanpa pengalaman magang. Selanjutnya, pelamar dengan limited resume dan internship experience mendapatkan 20.4% lebih banyak undangan interviu dibandingkan dengan yang tanpa pengalaman magang. Terakhir lulusan dalam bidang humanities and social sciences dengan pengalaman internship menerima 26,3% lebih banyak undangan interviu daripada rekan-rekan mereka yang tanpa pengalaman magang.

Multivariate Analysis

    Selanjutnya penulis melakukan juga analisis multivariat untuk melihat perbedaan respon dalam variasi subgrup dari kandidat secara statistik signifikan. Lalu, analisis bivariat juga dianggap kurang cocok dalam menginvestigasi lowongan yang dipilih dan karakteristik employer, karena karakteristik tersebut mungkin berhubungan satu sama lain dan dengan data dari karakteristik kandidat. Maka dari itu, penulis mengestimasi multivariate logistic regression dengan individual application sebagai unit observasi dan penerimaan undangan interviu kerja sebagai variabel outcome. Pengukuran hasil adalah “1” untuk yang menerima undangan kerja dan “0” untuk respon lainnya atau tidak ada respon.

Penulis memperkirakan logistic model yang hanya mencakup variabel dummy internship. Hasil analisis ini mengkonfirmasi temuan analisis bivariat penulis karena rasio 1,163 secara signifikan lebih besar dari satu, karena itu penulis menyimpulkan bahwa pengalaman internship memang berdampak positif terhadap kemungkinan undangan interviu kerja. Namun, penulis tidak menemukan perbedaan signifikan pada perbedaan gender seperti yang ditemukan pada analisis bivariat sebelumnya. Hubungan yang signifikan juga tidak ditemukan diantara variabel dummy internship dengan resume length dan tambahan hard or soft skills. Pada interaction yang baru ditambahkan (firm size, technology, dan humanities) juga tidak menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Terakhir penulis menggunakan analisis various robustness,analisis various regression model seperti linear probability model dan ordered logistic regression model, namun menghasilkan hasil yang sama dimana hubungannya tidak signifikan.

Limitasi dari desain experimental

Dalam metode eksperimental yang dilakukan, ada beberapa kelemahan atau keterbatasan yang ada menurut penulis. Pertama, sebagai kelemahan umum dari correspondence experiments, riset yang dilakukan tidak dapat memberikan informasi terkait potensi perbedaan dalam final hiring decisions (keputusan penerimaan setelah interview) serta gaji dan long-term labor market outcomes. Kedua, karena riset yang dilakukan fokus dalam melihat dampak dari intra-kurikuler internship volunteer, maka studi ini tidak dapat menginterpretasi dampak bagi mandatory internships. Ketiga, meskipun penulis memilih variasi dari program studi, representasi dari semua bidang studi tidak bisa didapatkan, terlebih karena penulis hanya fokus pada applicants dengan gelar pascasarjana dan programnya, serta lowongan pekerjaan yang dipilih juga hanya dari Flemish Public Employment Agency.

Kesimpulan 

Studi ini dilakukan untuk memperkirakan efek kausal dari internship intra-kurikuler volunter terhadap probabilitas untuk diundang interviu kerja. Studi ini menemukan bahwa lulusan dengan pengalaman internship kemungkinan lebih besar untuk menerima undangan interviu kerja. Namun, penulis tidak menemukan bukti heterogenitas untuk efek ini dengan efek lainnya seperti karakteristik kandidat yang mencakup gender dan field of study, dan juga efek labor market tightness, firm size, dan technology intensity.

     Beberapa penemuan penting dapat digambarkan dalam hasil-hasil sebelumnya. Salah satunya adalah hubungan positif antara pengalaman internship dan labor market success sudah lebih dari sekadar korelasi saja. Namun, beberapa hasil dari penulis juga masih belum conclusive ketika dikaitkan dengan teori human capital dan teori signalling. Selain dari itu, analisis regresi penulis juga tidak mendeteksi perbedaan signifikan dalam treatment effects yang bergantung pada karakteristik resume. Jadi, perlunya ada riset lebih lanjut mengenai perbedaan impact dari alternatif tipe internship (extra versus intra-curricular voluntary vs mandatory), sejauh mana efektivitas internship tergantung pada isinya, orientasi program studi seseorang, dan hubungan antara keduanya, dan terakhir menilai seberapa penting kanal signalling dan human capital dari internship.

Comment

Leave a Reply

KANOPI FEB UI

Sekretariat Kanopi FEB UI Lantai 2 Student Centre Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia Depok, 16424 – Indonesia

CONTACT US

Phone
+62 81279633315 (Meizahra)

Email
executiveboard.kanopifebui@gmail.com

© kanopi-febui.org - 2021

MANAGED BY BIRO PUBLIKASI DAN INFORMASI

<