Pendahuluan
Ketidakjujuran akademik merupakan fenomena yang banyak ditemukan pada kegiatan online learning selama pandemi COVID-19 (Dey, 2021). Universitas-universitas di Amerika Serikat melaporkan bahwa ada peningkatan tindakan ketidakjujuran akademik seperti menyontek yang signifikan selama pandemi COVID-19. Virginia Commonwealth University mencatat bahwa ketidakjujuran akademik melonjak menjadi 1.077 kasus, yakni tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. University of Georgia mencatat peningkatan kasus ketidakjujuran akademik dari 228 kasus pada tahun 2019 menjadi 600 kasus selama pandemi. Walaupun kasus ketidakjujuran akademik merupakan hal yang serius pada masa pandemi, masih sangat sedikit literatur yang menganalisis fenomena ketidakjujuran akademik, yakni menyontek pada kegiatan online learning selama pandemi COVID-19 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Terdapat banyak literatur terdahulu yang menganalisis fenomena menyontek di kalangan siswa sekolah menengah atas dan universitas (Davis, Grover, Becker, & McGregor, 1992; McCabe & Trevino, 1993, 1997; Whitley, 1998; Williams & Hosek, 2003). Terdapat juga beberapa literatur yang menganalisis fenomena cheating pada online learning selama pandemi COVID-19. Diantaranya adalah Janke et al. (2021) yang menemukan bahwa mahasiswa lebih sering menyontek saat melakukan ujian online dibanding pada saat melakukan ujian offline. Abdelrahim (2021) menemukan bahwa faktor-faktor sosial dan psikologis seperti tekanan teman sebaya dan stres dapat meningkatkan tingkat kecurangan selama online learning. Erguvan (2021) menemukan bahwa menyontek pada online learning selama COVID-19 diakibatkan oleh faktor-faktor seperti kemalasan, tekanan sosial, dan keberadaan kesempatan menyontek. Namun, masih sedikit literatur yang menganalisis faktor-faktor dari online learning yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa serta hubungannya dengan perilaku menyontek pada online learning selama pandemi.
Dengan menganalisis perilaku mahasiswa dua universitas negeri di Indonesia, yakni Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, peneliti memiliki tiga tujuan. Pertama, menganalisis tingkat kepuasan mahasiswa pada kegiatan online learning selama pandemi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kedua, menganalisis tingkat perilaku menyontek mahasiswa pada kegiatan online learning selama pandemi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, peneliti menggunakan Modified Theory of Planned Behaviour. Ketiga, menciptakan model untuk menganalisis hubungan dari variabel online learning terhadap perilaku menyontek menggunakan analisis mediasi. Melalui ketiga tujuan ini, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan terkait fenomena online learning dan menyontek sehingga dapat membantu pengambil kebijakan dalam menciptakan sistem pembelajaran yang efektif.
Data dan Metodologi Penelitian
Grafik 1. Jumlah Responden berdasarkan Rumpun Ilmu, Universitas, dan Jenis Kelamin
Dalam penelitian kali ini, data yang digunakan meliputi 486 responden yang terdiri dari 186 pria dan 300 perempuan. Penelitian dilakukan dengan menyebarluaskan kuesioner daring kepada mahasiswa/i aktif Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada angkatan 2018–2021. Berdasarkan universitas, 260 responden merupakan mahasiswa Universitas Indonesia dan 226 sisanya merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Lalu, berdasarkan rumpun, responden terbagi menjadi tiga rumpun, yaitu Rumpun Ilmu Kesehatan (128 responden), Rumpun Ilmu Sosial Humaniora (207 responden), dan Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi (151 responden).
Grafik 2. Jumlah Responden berdasarkan Angkatan dan Universitas
Berdasarkan angkatan, dominasi responden merupakan mahasiswa angkatan 2021 dan 2020. Terdapat 282 responden yang tersebar di UI dan UGM merupakan angkatan 2021 serta 158 responden merupakan mahasiswa angkatan 2020 yang terdiri dari 118 mahasiswa UGM dan 40 mahasiswa UI. Lalu, 49 responden lain merupakan mahasiswa angkatan 2018 atau 2019.
Dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan metode regresi linear (OLS) untuk mengetahui hubungan variabel dependen dengan variabel independen, mediasi untuk memahami hubungan yang diketahui dengan menjelajahi mekanisme di mana satu variabel mempengaruhi variabel lain melalui variabel mediator, serta one-way ANOVA untuk mengetahui perbedaan signifikan yang terdapat pada data.
Analisis I:
Terdapat dua variabel dependen yang digunakan oleh penulis untuk melihat kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran daring dan perilaku menyontek, sebagai berikut:
- E-Learning Satisfaction (PUAS)
Kepuasan mahasiswa diukur berdasarkan enam aspek dalam kelas daring, yaitu seberapa berharga, peningkatan minat, pemahaman, kepuasan terhadap kualitas, kecukupan waktu, dan pengalaman belajar daring. Dengan menggunakan skala likert 1-5.
Terdapat tiga hal yang menjadi variabel independen e-learning satisfaction, yaitu Quality of Instructor (INST), Course Design (KURSUS), dan Expectation of Student (HARAPAN) (Gopal, 2021). Kualitas instruktur mencakup efektivitas komunikasi, antusiasme, perhatian, penghormatan terhadap proses belajar, keterjangkauan, kenyamanan webinar sebagai ruang belajar, dan interaksi. Desain kursus diukur berdasarkan penyelenggaraan, fleksibilitas tugas yang dapat diselesaikan di berbagai lingkungan berbeda, seberapa efektif instruktur sebagai fasilitator kursus, dan seberapa sesuai rancangan kursus untuk individu. Harapan mahasiswa dilihat melalui seberapa jelas instruktur memberikan model tugas mingguan, kesesuaian tingkat kesulitan tugas, bahan ajar yang mudah dimengerti, dan seberapa jelas instruktur menjelaskan materi. Model regresi yang digunakan dapat dilihat pada persamaan (1). Kemudian, penulis juga memasukkan beberapa variabel kontrol, seperti jenis kelamin, angkatan, dan rumpun, yang dapat dilihat pada persamaan (2).
PUAS= α0+ α1INST+α2KURSUS+α3HARAPAN+υ
(1)
PUAS= α0+ α1INST+α2KURSUS+α3HARAPAN+α4JKEL+α5A2018+α6A2019+
α7A2020+α8UNIV +α9SAINTEK+α10SOSHUM +υ
(2)
Dari segi kepuasan terhadap e-learning, semua variabel, yaitu kualitas instruktur, desain kursus, dan harapan mahasiswa signifikan berpengaruh positif terhadap e-learning. Jika kualitas instruktur meningkat 1 poin maka kepuasan terhadap e-learning akan meningkat 0.413 poin pada level signifikansi 1%. Sedangkan, apabila desain kursus meningkat 1 poin maka kepuasan terhadap e-learning akan meningkat sebesar 0.385 poin pada level signifikansi 1%. Lalu, apabila harapan mahasiswa meningkat 1 poin maka kepuasan terhadap e-learning akan meningkat sebesar 0.175 pada level signifikansi 5%. Setelah variabel kontrol ditambahkan, hasilnya masih tetap sama. Hal yang menarik adalah pengaruh antar angkatan berbeda terhadap kepuasan e-learning. Pada angkatan 2018, tidak ada pengaruh signifikan. Sedangkan pada angkatan 2019 berpengaruh positif dan angkatan 2020 berpengaruh negatif.
- Cheating Behavior
Sedangkan, Cheating Behavior diukur melalui Subjective Norm (NORM), Perceived Behavioral Control (CTRL), Intention (INT), Moral Obligation (BIASA) (Al-Dossary, 2017). Norma subjektif mengacu pada persepsi seseorang tentang tingkat kepercayaan orang lain yang berhubungan dengan apakah mereka akan melakukan atau menahan diri dari perilaku menyontek. Pertanyaan untuk subjective norm berkisar pada bagaimana orang-orang di sekitar kita akan bereaksi jika kita menyontek. Perceived behavioral control membahas kemudahan melakukan perilaku menyontek dari segi hambatan sekitar, sedangkan variabel niat menjelaskan keinginan seseorang untuk menyontek yang didorong oleh dirinya sendiri atau lingkungannya. Terakhir, kewajiban moral mencakup prinsip dan nilai seseorang dalam perilaku menyontek. Jadi, pertanyaannya berkisar pada bagaimana seseorang memandang kecurangan. Model regresi yang digunakan dapat dilihat pada persamaan (3). Kemudian, penulis juga memasukkan beberapa variabel kontrol, seperti jenis kelamin, angkatan, dan rumpun, yang dapat dilihat pada persamaan (4).
CHEAT= 0+ 1NORM+2CTRL+3INT+4BIASA+υ
(3)
CHEAT= 0+ 1NORM+2CTRL+3INT+4BIASA+5JKEL+6A2018+
7A2019+8A2020+9UNIV +10SAINTEK+11SOSHUM +υ
(4)
Sebelum dilakukan kontrol terhadap variabel jenis kelamin, angkatan, universitas, dan rumpun, variabel norma (NORM), kontrol perilaku (CTRL), niat (INT), dan kebiasaan (BIASA) berpengaruh signifikan pada tingkat menyontek. Variabel “NORM” berpengaruh kepada tingkat menyontek secara positif pada level signifikansi 10%. Peningkatan 1 poin norma subjektif meningkatkan tingkat menyontek pada saat e-learning sebesar 0.0921 poin. Kemudian, variabel “CTRL”, “INT”, dan “BIASA” signifikan pada level 1%. Peningkatan intensi/keinginan menyontek sebesar 1 poin meningkatkan 0.393 poin tingkat menyontek selama e-learning. Ini selayaknya yang termuat dalam Modified Theory of Planned Behavior (Al-Dossary, 2017; Whitley ,1998; Beck & Ajzen 1991). Setelah variabel kontrol ditambahkan, keempat variabel tetap signifikan. Namun, hal yang menarik ialah tidak ada perbedaan pengaruh secara statistik antar jenis kelamin, angkatan, rumpun, dan universitas.
Tabel 1. Dampak E-Learning terhadap Kepuasan dan Perilaku Menyontek
Analisis II: (Mediation Analysis)
Analisis mediasi dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya peran mediasi dari kepuasan mahasiswa (PUAS) pada hubungan antara variabel ONLINE—yang merupakan rata-rata dari indikator kualitas instruktur, desain kursus, dan harapan mahasiswa—terhadap perilaku menyontek (CHEAT). Hasil pada analisis dua menunjukkan adanya total effect dari ONLINE terhadap CHEAT yang signifikan secara statistik pada level signifikansi sebesar 1% (ꞵ = -0.108, p < 0.001). Dengan memasukkan variabel mediasi yakni PUAS, direct effect dari variabel ONLINE terhadap CHEAT tetap signifikan secara statistik pada level signifikansi 5% (ꞵ = -0.12, t = -2.0, p = 0.041). Terakhir, hasil menunjukkan bahwa indirect effect dari ONLINE terhadap CHEAT melalui PUAS tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% maupun 10% (ꞵ = 0.064, t = 1.067, p = 0.29).
Total effect dan direct effect yang signifikan secara statistik serta indirect effect yang tidak signifikan secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada efek mediasi dari kepuasan mahasiswa antara hubungan dari kualitas instruktur, desain kursus, dan harapan mahasiswa terhadap perilaku menyontek. Dengan kata lain, tingkat kualitas instruktur, desain kursus, dan harapan mahasiswa dapat mempengaruhi perilaku menyontek berapapun tingkat kepuasan mahasiswa. Temuan ini berbeda dengan Benmansour (2000) yang menemukan bahwa kepuasan mahasiswa mempengaruhi niat menyontek secara signifikan. Namun, dibutuhkan analisis lebih lanjut untuk memahami perbedaan tersebut.
Analisis III: (Perbandingan Kepuasan, Perilaku, dan Intensi Menyontek Antar Jenis Kelamin, Universitas, Rumpun, dan Angkatan)
Penulis menggunakan One-way ANOVA sebagai upaya untuk mengetahui perbedaan mean dari variabel kepuasan, tingkat menyontek, dan intensi menyontek selama pelaksanaan e-learning antar kelompok jenis kelamin, universitas, rumpun, serta angkatan. Hipotesis null ANOVA ialah tidak ada perbedaan mean kepuasan, tingkat menyontek, dan intensi menyontek pada kelompok-kelompok tercantum di atas. Jika hipotesis null gagal ditolak, tidak terdapat perbedaan mean dari variabel antar kelompok. Jika hipotesis null ditolak, terdapat perbedaan mean dari variabel antar kelompok jenis kelamin, universitas, atau angkatan.
H0:PUAS=CHEAT=INST
H1: PUASCHEATINST
Berdasarkan hasil uji ANOVA, terdapat beberapa kelompok yang tidak ditemukan adanya perbedaan mean yang signifikan terkait tingkat menyontek, kepuasan, dan intensi menyontek. Lebih lanjut, hasil uji ANOVA menunjukan bahwa pada variabel “CHEAT” terdapat perbedaan mean antara kelompok jenis kelamin dan rumpun. Diketahui bahwa rata-rata mahasiswa laki-laki yang menyontek selama e-learning lebih tinggi daripada mahasiswa perempuan. Kemudian, mahasiswa RIK memiliki tingkat menyontek paling rendah di antara rumpun RIK, SOSHUM, dan SAINTEK. Selanjutnya, uji ANOVA menunjukan bahwa terdapat perbedaan mean variabel kepuasan selama e-learning yang signifikan secara statistik pada kelompok angkatan dan universitas. Penulis menemukan bahwa angkatan 2019 memiliki tingkat kepuasan terkait e-learning lebih tinggi daripada angkatan 2021, 2020, dan 2018. Sementara itu, mahasiswa UI memiliki tingkat kepuasan terkait e-learning lebih tinggi daripada mahasiswa UGM. Terakhir, perbedaan mean variabel intensi menyontek hanya signifikan secara statistik antara kelompok rumpun. Mahasiswa dari rumpun SOSHUM memiliki tingkat intensi menyontek lebih tinggi daripada dua rumpun lain selama pelaksanaan e-learning
Tabel 2. Statistik Deskriptif
Kesimpulan
Melihat balik fenomena pandemi yang menyebabkan seluruh kegiatan belajar-mengajar diselenggarakan secara luring, banyak aspek-aspek yang dapat dijadikan evaluasi bagaimana kejadian tersebut mempengaruhi kualitas pengajaran di Indonesia. Pada penelitian ini, penulis menganalisis bagaimana e-learning dapat mempengaruhi kepuasan pembelajaran para mahasiswa Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. Selain itu, kami mengaitkan bagaimana kepuasan e-learning tersebut dapat mempengaruhi perilaku cheating yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa kepuasan e-learning dipengaruhi secara signifikan oleh kualitas instruktur, desain kursus, serta harapan mahasiswa. Hal yang menarik ialah kepuasan e-learning pada angkatan 2019 lebih tinggi daripada angkatan 2021, sedangkan kepuasan mahasiswa angkatan 2020 lebih rendah daripada angkatan 2021. Selain itu, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat menyontek antar jenis kelamin, angkatan, rumpun, dan universitas. Lebih lanjut, penulis melakukan analisis mediasi untuk mengetahui apakah terdapat peran mediasi dari kepuasan terhadap niat menyontek. Penulis menemukan bahwa tidak ada efek mediasi yang terjadi. Temuan ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Benmansour (2000).
Referensi
Abdelrahim, Y. (2021). How COVID-19 Quarantine Influenced Online Exam Cheating: A Case of Bangladesh University Students. Journal of Southwest Jiaotong University, 56(1). https://doi.org/10.35741/issn.0258-2724.56.1.18
Al-Dossary, S. A. (2017). Why Do College Students Cheat? A Structural Equation Modeling Validation of the Theory of Planned Behavior. International Education Studies, 10(8). https://doi.org/10.5539/ies.v10n8p40
Benmansour, N. (2000). Motivation, Satisfaction, Success Attributions and Cheating among High School Students in Morocco. Mediterranean Journal of Educational Studies, 5(2), 83-102. https://core.ac.uk/download/pdf/83022636.pdf
Davis, S. F., Grover, C. A., McGregor, L. N., & Becker, A. H. (1992). Academic Dishonesty: Prevalence, Determinants, Techniques, and Punishments. Teaching of Psychology, 19(1), 16-20. https://doi.org/10.1207/s15328023top1901_3
Dey, S. (2021, August 27). Reports Of Cheating At Colleges Soar During The Pandemic. NPR. Retrieved November 4, 2022, from https://www.npr.org/2021/08/27/1031255390/reports-of-cheating-at-colleges-soar-during-the-pandemic
Erguvan, I. D. (2021). The rise of contract cheating during the COVID-19 pandemic: a qualitative study through the eyes of academics in Kuwait. Language Testing in Asia, 11(34). https://doi.org/10.1186/s40468-021-00149-y
Gopal, R., Singh, V., & Aggrawal, A. (2021). Impact of online classes on the satisfaction and performance of students during the pandemic period of COVID 19. Education and Information Technologies, 26, 6923-6947. https://doi.org/10.1007/s10639-021-10523-1
Janke, S., Rudert, S. C., Petersen, A., Fritz, T. M., & Daumiller, M. (2021). COVID-Cheating in the Wake of COVID-19: How Dangerous is Ad-hoc Online Testing for Academic Integrity? Computers & Education Open, 2(100055). https://doi.org/10.1016/j.caeo.2021.100055
McCabe, D. L., & Trevino, L. K. (1993). Academic Dishonesty: Honor Codes and Other Contextual Influences. The Journal of Higher Education, 64(5), 522-538. https://doi.org/10.2307/2959991
McCabe, D. L., & Trevino, L. K. (1997). Individual and Contextual Influences on Academic Dishonesty: A Multicampus Investigation. Research in Higher Education, 38, 379-396. https://doi.org/10.1023/A:1024954224675
Whitley, B. E. (1998). Factors Associated with Cheating Among College Students: A Review. Research in Higher Education, 39, 235-274. https://doi.org/10.1023/A:1018724900565
Williams, M. S., & Hosek, W. R. (2003). Strategies for Reducing Academic Dishonesty. Journal of Legal Studies Education, 21(1), 87-107. https://doi.org/10.1111/j.1744-1722.2003.tb00326.x