Skip to content

All the Single Ladies: Job Promotions and the Durability of Marriage

Grandma Test

Penulis            : Olle Folke dan Johanna Rickne

Tahun              : 2020

Publisher         : American Economic Association

Jurnal              : American Economic Journal

Diulas oleh      : Anggita Fiorella Moreni

PENDAHULUAN

Di berbagai penjuru dunia, wanita cenderung untuk tidak banyak terlibat dalam strata tertinggi dari sebuah organisasi. Pada tahun 2017, tercatat pria menduduki 94% CEO dalam Forbes 500 dan lebih dari 77% di parlementer dunia. Ketidaksetaraan gender ini semakin memperkuat stereotip masyarakat terhadap kepemimpinan wanita dan menurunkan ambisi karir para wanita muda. Penelitian ini membantu pembaca memahami alasan ketidakhadiran wanita di strata tertinggi suatu organisasi dengan menginvestigasi dampak promosi jabatan terhadap perceraian. Penelitian ini dilandaskan pada penelitian terdahulu yang menemukan tingginya tingkat perceraian dan masalah perkawinan pada pasangan yang istrinya memiliki pendapatan lebih besar dari suami.

Penelitian ini berusaha melihat bukti kausalitas bagaimana promosi jabatan memengaruhi ketahanan pernikahan antar gender yang didasarkan pada data registrasi terperinci selama 30 tahun dari masyarakat Swedia dan menggunakan model differences-in-differences (DID) untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah promosi jabatan. Sebagian dari analisis akan berfokus pada pekerjaan sektor publik yaitu sektor parlementer. Sedangkan di sektor privat, penelitian ini mengamati pengaruh promosi jabatan setingkat CEO di perusahaan privat Swedia selama periode 12 tahun. Lebih jauh, jurnal ini juga menganalisa setidaknya tiga mekanisme yang berpotensi menjadi penyebab perceraian pada wanita, diantaranya sifat pasangan, efek godaan, dan independensi ekonomi. Penelitian ini menemukan beberapa bukti bahwasanya terdapat sensitivitas akan norma sosial terkait distribusi pendapatan antar pasangan.

DATA & METODOLOGI

            Peneliti menggunakan data registrasi penduduk usia kerja Swedia, yang terdiri dari observasi tahunan dari tahun 1979 hingga tahun 2012. Setiap orang memiliki kode identitas yang merekam interaksi dengan banyak otoritas dan mengaitkan tiap individu dengan beragam pendaftar administratif. Peneliti menggunakan data pendaftaran pernikahan untuk melihat status perceraian pada pasangan. Peneliti mengidentifikasi CEO dari daftar pekerjaan yang terdapat pada data registrasi. Sedangkan untuk mengukur sampel politisi, digunakan dataset terpisah yang terhubung dengan LISA (akronim Swedia untuk studi asuransi kesehatan dan pasar tenaga kerja).

            Untuk mengestimasi probabilitas perceraian sebelum dan sesudah promosi dalam jabatan politik, digunakan metode differences-in-differences. Besarnya perbedaan antara treatment dan control groups dalam probabilitas dari pernikahan yang tetap bertahan tiap tahunnya dibandingkan dengan perbedaan di tahun pemilihan (t = 0), diestimasikan dengan model DID berikut:

dimana variabel dependen adalah indikator biner untuk pernikahan yang tetap bertahan. Vektor (Tt) adalah himpunan variabel dummy untuk setiap tahun sebelum atau sesudah pemilihan, dimulai empat tahun sebelum pemilihan (t = -4) dan berakhir delapan tahun sesudahnya (t = 8). Variabel Pi,ebernilai 1 untuk mereka yang dipromosikan dan 0 untuk mereka yang tidak. Estimasi interaksi antara dummy waktu dan dummy promosi (βt) dengan demikian menangkap kesenjangan dalam pernikahan yang tersisa antara orang-orang yang dipromosikan dan yang tidak dipromosikan. Dengan memeriksa perkiraan untuk pra-tahun promosi, t = -4, t = -3, t = -2, dan t = -1, peneliti dapat memverifikasi bahwa tidak ada perbedaan yang sudah ada sebelumnya dalam tren tingkat perceraian antara orang-orang yang dipromosikan atau tidak. Sejalan dengan itu, jika promosi menyebabkan perbedaan dalam ketahanan pernikahan antara yang dipromosikan dan yang tidak dipromosikan, ini akan muncul sebagai perkiraan positif atau negatif untuk t pada tahun-tahun setelah pemilihan (t = 1 hingga t = 8).

            Spesifikasi regresi juga mencakup term individu dari waktu dummy sebelum dan sesudah pemilihan (Tt) dan interaksi antara waktu dummy ini serta (i) efek tetap untuk tiap pemilihan τe dan (ii) indikator biner untuk sampel parlementer, Si,e. Peneliti menggunakan efek interaksi ini untuk mengontrol fakta bahwa probabilitas dipromosikan atau tren temporal dari probabilitas dipromosikan dapat berbeda antara pemilihan dan antara sampel anggota dewan dan anggota parlemen. Dan terakhir, peneliti menambahkan efek tetap dari tiap kombinasi dari pemilihan dan individual, δi,e.

  1. Pemilihan Sampel: Pesaing untuk Promosi Politik

Peneliti mengumpulkan kandidat pesaing untuk mendapat posisi di parlementer pada enam pemilihan antara tahun 1991 sampai 2010. Peneliti mengamati empat tahun sebelum pemilihan (t = -4), yang mana peneliti mengeluarkan politisi yang tidak menikah dari sampel, sehingga meninggalkan 70% pria dan 61% wanita. Selain itu, peneliti mengeluarkan orang yang telah mencapai usia 65 tahun sebelum akhir dari periode pemilihan. Sehingga sampel akhir mencakup 641 wanita dan 1.246 pria. Seperti ilustrasi pada Gambar 1, peneliti mengikuti status hubungan dari sampel dari waktu ke waktu, dimulai pada 4 tahun sebelum pemilihan (t = -4), hingga pemilihan (t = 0), dan 8 tahun setelahnya (t = 8).

Gambar 1. Rentang Waktu Penelitian
  • Pemilihan Sampel: CEO

Untuk CEO, peneliti hanya mengobservasi orang-orang yang dipromosikan, dan bukan orang yang mengajukan diri tetapi tidak mendapatkan posisi sebagai CEO. Peneliti membatasi sampel hanya dari perusahaan yang memiliki lebih dari 100 karyawan untuk menangkap posisi teratas dari struktur perekonomian negara. Peneliti juga membatasi sampel hanya yang mendapat promosi internal untuk menempati posisi CEO. Peneliti mengamati sampel sejak 4 tahun sebelum promosi dan memilih orang yang menikah (68% pria dan 65% wanita) sehingga sampel akhir terdiri dari 105 wanita dan 715 pria.

Selanjutnya, peneliti membandingkan promosi jabatan yang didapat pria dan wanita. Peneliti menghitung rata-rata pendapatan tiga tahun sebelum mendapat promosi dan rata-rata pendapatan tiga tahun setelah mendapat promosi. Hasil menunjukkan baik pria maupun wanita mendapat kenaikan gaji yang hampir sama dari promosinya.

HASIL PENELITIAN

  1. Promosi dan Perceraian di antara Anggota Dewan dan Parlemen

Hasil utama terlihat pada Gambar 2, dengan bukti deskriptif pada Panel A dan regresi pada Panel B. Garis menunjukkan orang-orang yang tetap menikah setelah mendapat promosi jabatan (garis hitam) dan tidak mendapat promosi (garis abu). Kedua garis dimulai dari nilai “1” empat tahun sebelum pemilihan dan semakin menurun seiring terjadinya perceraian tiap tahunnya. Tidak ada perbedaan ketahanan pernikahan antara pria dan wanita pada saat t = 0. Pada tahun-tahun setelah promosi, garis tren wanita semakin berbeda antara yang mendapat promosi dan tidak. Wanita yang dipromosikan bercerai dua kali lipat dari wanita yang tidak dipromosikan, sehingga menghasilkan 7 persen perbedaan tingkat perceraian tiga tahun setelah pemilihan. Di sisi lain, pada pria tidak ditemukan perbedaan tingkat perceraian antara yang mendapat promosi dan tidak dalam jangka pendek maupun panjang. 

Gambar 2. Efek Promosi Politik Terhadap Tingkat Tetap Menikah

Pada Panel B, peneliti mengestimasi perbedaan ketahanan pernikahan antara pria dan wanita yang dipromosikan maupun tidak dari waktu ke waktu. Baik pria maupun wanita, estimasi pra-promosi mendekati nol dan kurang signifikan secara statistik. Setelah promosi, tidak ada indikasi efek pada pria, tetapi efek negatif yang besar pada wanita. Tiga tahun setelah pemilihan, wanita yang mendapat promosi 7% lebih kecil kemungkinannya untuk tetap menikah dibandingkan wanita yang tidak mendapat promosi.

Gambar 2. Efek Promosi Politik Terhadap Tingkat Tetap Menikah
  1. Promosi dan Perceraian di antara CEO

Panel A dari Gambar 3 menggambarkan proporsi pria dan wanita yang tetap menikah tiap tahunnya. Masa setelah promosi selama empat tahun dipilih untuk mengakomodasi periode sampel yang lebih pendek dibandingkan pekerjaan politisi. Panel B menunjukkan estimasi perbedaan gender dalam probabilitas tetap menikah. CEO wanita yang menikah pada saat promosi dua kali lebih mungkin untuk bercerai tiga tahun setelah promosi jabatannya dibandingkan pria. Saat membandingkan tingkat perceraian pada pria dan wanita dengan tingkat kesuksesan karir yang tinggi dan rendah menyingkapkan pola yang mendukung temuan utama dari penelitian ini. Tiga dari empat profesi, wanita yang sukses memiliki tingkat perceraian lebih tinggi dari wanita yang tidak sukses. Sebaliknya, pria dengan tingkat kesuksesan karir yang tinggi memiliki tingkat perceraian yang lebih rendah.

Gambar 3. Promosi CEO dan Tingkat Tetap Menikah
  1. Mekanisme

Mengapa promosi jabatan dapat menyebabkan perceraian pada wanita tetapi tidak pada pria? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menguji “efek godaan” yaitu ketika wanita bercerai dimotivasi oleh adanya potensi menemukan partner baru setelah promosi jabatan. Selanjutnya, peneliti menjelaskan bagaimana perceraian lebih mungkin terjadi pada pernikahan yang bersifat tradisional dan lebih jarang terjadi pada pernikahan yang setara secara gender. Terakhir, peneliti menjelaskan kurangnya bukti dari “efek independensi ekonomi” dimana wanita bercerai karena alasan lebih independen secara ekonomi dibandingkan pasangannya.

  1. Efek Godaan (Temptation Effect)

Promosi jabatan dapat mengubah lingkungan kerja seseorang dan mengenalkan mereka pada partner potensial baru. Jika wanita bercerai dimotivasi oleh pertemuan dengan partner potensial baru, peneliti perlu berfokus pada sampel wanita yang paling jarang bertemu dengan rekan kerja lawan jenis sebelum promosi. Peneliti menguji efek godaan ini dengan melihat tingkat menikah lagi di antara wanita yang dipromosikan dan bercerai. Hasil pada Gambar 4 menunjukkan wanita yang dipromosikan dan bercerai, kemungkinannya kecil dibandingkan yang lainnya untuk menikah lagi, sehingga hal ini membuktikan “efek godaan” tidak dapat menjelaskan atau bukan penyebab tingginya tingkat perceraian di antara wanita yang dipromosikan.

Gambar 4. Promosi, Perceraian, dan Menikah Kembali
  • Pernikahan Tradisional dan Gender Setara

Peneliti menganggap bahwa perceraian pada wanita terkonsentrasi pada pernikahan tradisional dibandingkan pernikahan yang lebih setara secara gender. Peneliti menggunakan dua variabel untuk mengidentifikasi pernikahan tradisional, yaitu jarak umur dengan pasangan dan pembagian cuti orang tua. Hasil menunjukkan empat dari lima wanita menikah dengan pria yang lebih tua dan menggunakan lebih dari 80% cuti orangtua. Dari sisi politisi pria, pola serupa ditemukan. Dua pertiga menikah dengan wanita yang lebih muda, dan hanya sedikit yang menggunakan cuti orang tua lebih dari 20%. Pernikahan tradisional dispesifikasikan oleh pasangan yang pihak istri mengambil lebih dari 90% cuti orang tua, dan sampel lainnya dikategorikan sebagai pernikahan gender setara. Pernikahan lebih sering terjadi saat wanita yang dipromosikan (i) jauh lebih muda dari pasangannya dan (ii) mengambil lebih besar bagian dari cuti orang tua. Lebih lanjut, peneliti tidak menemukan efek perceraian pada subsampel dari wanita yang berada dalam pernikahan gender setara. Saat pasangan memiliki jarak umur yang lebih dekat dan saat suami mengambil relatif lebih banyak cuti orang tua, tidak ada peningkatan perceraian setelah wanita dipromosikan.

  • Independensi Ekonomi dan Penjelasan Lainnya

Promosi jabatan dapat memberikan wanita kemandirian secara ekonomi dari pasangannya dan membuatnya bisa memilih untuk bercerai. Peneliti membagi sampel jika terdapat peningkatan pendapatan dari promosi lebih besar atau kecil dari median di antara politisi yang dipromosikan. Peneliti juga membagi dua sampel untuk mengamati peningkatan relatif pendapatan. Hasil menunjukkan independensi ekonomi bukan kunci mekanisme dari meningkatnya risiko perceraian wanita. Hal ini salah satunya karena pendapatan wanita sebelum promosi sudah tinggi dan melebihi pasangannya. Peneliti menemukan bahwa promosi yang membuat wanita lebih dominan dalam hal pendapatan (>60%) lebih berkaitan dengan perceraian dibandingkan promosi yang mampu meningkatkan pendapatannya di atas 50%. Peneliti tidak menemukan perceraian pada pasangan yang dua-duanya bekerja. Lebih spesifik meninjau pada rumah tangga dengan anak di bawah usia 18 tahun, peneliti gagal mendeteksi konsentrasi kuat dari perceraian pada rumah tangga ini.

KESIMPULAN

            Penelitian ini mempelajari konsekuensi dari promosi jabatan terhadap hubungan pernikahan. Hasil utama bahwa promosi jabatan dapat mengguncang pernikahan wanita tapi tidak pada pria. Penemuan ini dapat membantu menjelaskan alasan proporsi wanita di pekerjaan tingkat atas relatif kecil. Berdasarkan data penelitian, wanita dan pria yang sudah menikah serta mendapat pekerjaan tingkat atas setidaknya telah menikah selama 20 tahun. Di saat mereka mendapatkan promosi jabatan, wanita secara substansial lebih mungkin kehilangan dukungan dari pasangannya dibandingkan pria. Menyerah pada hubungan menjadi pilihan terbaik bagi wanita dan dapat memberikan dampak yang positif baginya. Analisis deskriptif menunjukkan adanya kaitan antara formasi pasangan dan peran destabilisasi dari promosi jabatan. Pasangan yang lebih egaliter secara gender tidak mengalami peningkatan tingkat perceraian setelah promosi. Hasil ini mengindikasikan bahwa adanya keterkaitan antara pasar pernikahan dan pasar tenaga kerja. Penelitian ini menggiring pembaca untuk dapat menyimpulkan ketidaksetaraan gender di pekerjaan kelas atas perlu diteliti lebih lanjut dari sudut pandang formasi pasangan.

Comment

Leave a Reply

KANOPI FEB UI

Sekretariat Kanopi FEB UI Lantai 2 Student Centre Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia Depok, 16424 – Indonesia

CONTACT US

Phone
+6285714337399

Email
[email protected]

© kanopi-febui.org - 2021

MANAGED BY BIRO PUBLIKASI DAN INFORMASI

<